Right issue merupakan
undangan kepada pemegang saham eksisting untuk membeli saham tambahan baru dengan
proporsi tertentu dan periode waktu yang telah ditentukan. Lebih spesifiknya,
hal ini memberikan hak (rights) kepada pemegang saham untuk membeli saham baru
di harga diskon jika dibandingkan dengan harga pasar. Harga saham right issue
juga sudah ditentukan oleh perusahaan tersebut sehingga tidak ada tawar menawar
harga. Biasanya perusahaan menggunakan solusi right issue untuk membayar
hutang, khususnya ketika mereka tidak memiliki kemampuan lagi untuk meminjam
uang. Namun tidak semua perusahaan yang mengajukan opsi right issue karena
faktor hutang, beberapa perusahaan dengan neraca yang stabil menggunakan opsi
ini untuk mengumpulkan dana yang lebih besar dalam melakukan strategi akuisisi
atau ekspansi dan bisa juga untuk menambah modal sehingga memiliki keunggulan
yang lebih dalam hal rasio kecukupan modal seperti yang dilakukan oleh beberapa
emiten di sektor perbankan.
Baca juga artikel : Bagaimana Cara Mengukur Kesehatan Keuangan Perusahaan
Pemegang saham
sendiri berhak jadi tidak berkewajiban
untuk membeli saham tambahan yang ditawarkan, namun jika tidak membeli maka
kepemilikan anda di perusahaan tersebut akan terdilusi karena adanya tambahan
jumlah lembar saham yang diterbitkan oleh perusahaan.
Keunggulan dari
perusahaan itu sendiri dalam melakukan right issue adalah perusahaan akan
melewati biaya underwriting, bisa dikatakan solusi right issue merupakan solusi
yang paling “murah” bagi perusahaan untuk menghimpun uang dari pemegang
sahamnya.
Terdapat banyak perusahaan
yang sudah pernah melakukan right issue di Bursa Efek Indonesia. Di artikel ini
akan dibahas 3 right issue yang dilakukan oleh emiten BUMN yang bergerak di
bidang konstruksi yaitu WSKT, ADHI dan PTPP serta dampaknya terhadap harga
saham perusahaan tersebut sebelum dan setelah right issue.
Waskita Karya Tbk (WSKT)
Waskita Karya melakukan right issue pada tanggal
cum date 17 Juni 2017 di harga Rp 1.450 per lembar saham dengan proporsi 36852
: 100000, dari grafik terlihat saham ini tidak mengalami penurunan harga saham
yang signifikan pada saat menjelang right issue malah terlihat stabil/sideways
dan kecenderungan meningkat drastis pada awal tahun 2016 kemarin hingga
akhirnya ditutup pada harga Rp 2.470 per tanggal 24 Februari 2017.
PP Persero Tbk (PTPP)
PP (Persero) Tbk melakukan
right issue pada tanggal cum date 1 Desember 2016 di harga Rp 3.250 per lembar
saham dengan proporsi 140163 : 500000, dari grafik terlihat kecenderungan harga
saham PTPP yang menurun setelah pengumuman resmi harga right issue dan posisi
tanggal 24 Februari 2017 ditutup pada harga Rp 3.520 masih lebih tinggi
dibandingkan dengan harga rights issuenya.
Adhi Karya Tbk (ADHI)
Adhi Karya juga
melakukan right issue pada tahun 2015 tepatnya pada tanggal cum date 30
September 2015 di harga Rp 1.560 per lembar dengan proporsi 1221 : 1250 , dari
grafik diatas terlihat bahwa ketika pengumuman resmi sudah dikeluarkan di
harga tertentu maka harga saham tersebut akan turun cukup signifikan dan
kemudian naik lagi hingga paling tidak selalu berada diatas harga right issuenya.
Per tanggal 24 Ferbuari 2017 harga ADHI per lembar berada di Rp 2.180,00 per
lembar.
Ketiga saham tadi
hanya digunakan sebagai contoh dalam menguji pengaruh right issue terhadap harga saham secara sederhana. Tentunya ada banyak faktor yang menentukan
pergerakan harga saham seperti kondisi fundamental perusahaan, kondisi makroekonomi, berita-berita yang ditampilkan di media massa dan lainnya. Dari 500
emiten yang ada di Bursa Efek Indonesia tentu saja pembahasan ketiga saham ini
juga belum dapat mewakili secara keseluruhan bahwa kondisinya akan sama dengan
perusahaan lainnya, akan lebih bijak apabila ketika memutuskan pembelian atau
penjualan saham selalu melakukan Do Your Own Research First. Apabila ada yang
belum jelas dapat berkomentar di artikel ini.
Baca juga artikel : Konsep Circle of Competence oleh Warren Buffet
Komentar
Posting Komentar